Politik Identitas Islam Indonesia Kontemporer: Radikalisme Islam Versus Moderatisme Islam dalam Politik Elektoral Pilpres 2019 (Contemporary Indonesian Islamic Identity Politics: Islamic Radicalism Versus Islamic Moderatism in the 2019 Presidential Election Electoral Politics)
Abstract
ABSTRACT
This article examines an important aspect that has not been widely studied in previous writings, namely the dimensions of the contestation of radical Islamic groups and moderate Islamic groups in the 2019 electoral political stage. The representation of radical Islam is represented by the GNPF-MUI which includes Islamic organizations such as FPI, FUI, Larkar Jihad and others. Meanwhile, moderate Islam is represented by Nahdlatul Ulama (NU), some Muhammadiyah and other moderate mass organizations. Behind the frenzy of "Action for Defending Islam" 411, 212, reunion 212, as well as other issues during the 2019 presidential election electoral campaign, there is actually an aspect of the contestation of the two camps in the struggle for Islam in the public sphere and in power politics. Radical Islamic groups carrying the spirit of nativism 'Islamic populism' voiced the agenda of 'political Islam' into the realm of state power through the Prabowo-Sandi camp. Meanwhile, identity political groups are still promoting 'Islam wasyatiyah' with the symbol of the Republic of Indonesia at a fixed price through the Jokowi-Amin camp. This article is based on a qualitative method with a literature study approach from various sources. From the contestation of the two groups, in the end, moderate Islam won, represented by the election of the Jokowi-Makruf Amin pair. Amin, no doubt, does represent the moderate current of Islam where he previously served as Rais Aam of the Nahdlatul Ulama (PBNU) Executive Board. In addition, the pair's victory shows that the dynamics of moderate Islam in Indonesia are still embraced by the majority of Muslims in Indonesia.
Keywords: Identity politics; Radical Islam; moderate Islam; 2019 presidential election.
ABSTRAK
Artikel ini menelaah tentang aspek penting yang belum banyak dikaji tulisan-tulisan sebelumnya, yakni dimensi kontestasi kelompok radikal Islam dan kelompok Islam moderat dalam panggung politik elektoral 2019. Representasi dari Islam radikal diwakili GNPF-MUI yang di dalam terdapat ormas Islam seperti FPI, FUI, Larkar Jihad dan sebagainya. Sedangkan, Islam moderat direpresentasi oleh ormas Nahdlatul Ulama (NU), sebagian Muhammadiyah dan ormas moderat lainnya. Di balik hingar-bingar “Aksi Bela Islam” 411, 212, reuni 212, maupun isu lain selama kampanye politik elektoral Pilpres 2019, sesungguhnya terdapat aspek kontestasi dua kubu tersebut dalam perebutan Islam dalam ruang publik maupun politik kekuasaan. Kelompok Islam radikal mengusung semangat nativisme ‘populisme Islam’ menyuarakan agenda ‘Islam politik’ ke dalam ranah kekuasaan negara melalui kubu Prabowo-Sandi. Sedangkan, kelompok politik identitas tengah tetap menggelorakan ‘Islam wasyatiyah’ dengan simbol NKRI harga mati melalui kubu Jokowi-Amin. Artikel ini berbasis metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dari berbagai sumber. Dari kontestasi kedua kelompok tersebut, pada akhirnya dimenangkan oleh Islam moderat yang direpresentasi melalui terpilihnya pasangan Jokowi-Makruf Amin. Amin, tidak diragukan, memang mewakili arus Islam moderat di mana ia sebelumnya menjabat sebagai Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Selain itu, kemenangan pasangan ini menunjukkan dinamika Islam moderat di Indonnesia masih dianut mayoritas muslim di Indonesia.
Kata kunci: Politik identitas; Islam radikal; Islam moderat; pilpres 2019.
Full Text:
PDFReferences
Akmaliah, W. (2019). Kebenaran Yang Terbelah: Populisme Islam dan Disinformasi Politik Elektoral. MAARIF, 14(1), 129–149.
Anam, H. F. (2019). Politik Identitas Islam dan Pengaruhnya Terhadap Demokrasi di Indonesia. Jurnal Pemikiran Politik Islam, POLITEA, 2(2).
Assyaukani, L. (2009). Islam and the Secular State in Indonesia. ISEAS.
Bubalo, A., & Fealy, G. (2005). Joining the Caravan?: The Middle East, Islamism and Indonesia. New Society Publishers.
Hadiz, V. R. (2016). Islamic Populism in Indonesia and the Middle East. Cambridge University Press.
Hadiz, V. R. (2018). Imagine all the people? Mobilising Islamic populism for right-wing politics in Indonesia. Journal of Contemporary Asia, 48(4), 566–583.
Hasil Hitung Suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden RI 2019. (2020). KPU. https://pemilu2019.kpu.go.id/#/ppwp/hitung-suara/
ICG. (2020). Indonesia: Bagaimana Jaringan Jama’ah Islamiyah Beroperasi?
Inglehart, R. F., & Norris, P. (2016). Trump, Brexit, and the rise of populism: Economic have-nots and cultural backlash. Social Science Research Network.
Iqbal, M. M. (2019). Nahdlatul Ulama Dalam Pusaran Politik: Sebuah Otokriktik Orientasi NU Dalam Politik Perspektif Insider. Jurnal Inovasi Ilmu Sosial Dan Politik (JISoP), 1(2), 181–187.
Jati, W. R. (2017). Dari Umat Menuju Ummah: Melacak Akar Populisme Kelas Menengah Muslim Indonesia. Maarif: Jurnal Arus Pemikiran Islam Dan Sosial, 12(1), 22–36.
Kassim, Y. R. (2020). Ma’ruf Amin Kampanyekan “Islam Jalan Tengah” bagi Indonesia dan Asia Tenggara. Matamata Politik.
Kauffman, L. A. (2001). The anti-politics of identity. Identity Politics in the Women’s Movement, 20(1), 23–34.
Khair, F. K. (2020). Wajah Agama di hadapan Politik Identitas: Refleksi Kritis Sejarah DI/TII di Sulawesi Tenggara. Al-Qalam, 25(3), 525–538.
Khamdan, M., & Wiharyani, W. (2018). Mobilisasi Politik Identitas dan Kontestasi Gerakan Fundamentalisme. Al-Tahrir: Jurnal Pemikiran Islam, 18(1), 193–218.
Liddle, R. W. (1993). Skripturalisme Media Dakwah: Satu Bentuk Pemikiran dan Aksi Politik Islam Masa Orde Baru. Ulumul Qur’an, 3(4).
Maarif, S. (2012). Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Indonesia. In Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Kita. Demokrasi Project.
Margiansyah, D. (2019). Populisme di Indonesia Kontemporer: Transformasi Persaingan Populisme dan Konsekuensinya dalam Dinamika Kontestasi Politik Menjelang Pemilu 2019. Jurnal Penelitian Politik, 16(1), 47–68.
Mietzner, M. (2018). Fighting Illiberalism with Illiberalism: Islamist Populism and Democratic Deconsolidation in Indonesia. Pacific Affairs, 91(2), 261–282.
Mudde, C. (2004). The populist zeitgeist. Government and Opposition, 39(4), 541–563.
Mudde, C., & Kaltwasser, C. R. (2013). Exclusionary vs inclusionary populism: Comparing contemporary Europe and Latin America. Government and Opposition, 48(2), 147–174.
Mudzakkir, A. (2016). Islam dan politik di era kontemporer. Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman, 11(1), 31–48.
Nasrudin, J. (2018). Politik identitas dan representasi politik (Studi kasus pada Pilkada DKI periode 2018-2022). Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama, 1(1), 34–47.
Nurhadi, N. (2019). Ideologi Konstitusi Piagam Madinah Dan Relevansinya Dengan Ideologi Pancasila. Volksgeist: Jurnal Ilmu Hukum Dan Konstitusi, 2(1), 107–129.
Perdana, A. A. (2019). Populisme Kanan, Islam dan Konteks Indonesia. Maarif, 14(1), 29–42.
PKS. (2008). Memperjuangkan masyarakat madani: falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan pembangunan PK Sejahtera. Majelis Pertimbangan Pusat, Partai Keadilan Sejahtera.
Rahmat, M. I. (2005). Arus Baru Islam Radikal: Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia. Erlangga.
Rizqa, H., & Ramadhan, B. (2017). Sejarah Lahirnya Hizbut Tahrir, dari Timur Tengah Hingga Indonesia. Republika.co.id. https://republika.co.id/berita/opmp0b330/sejarah-lahirnya-hizbut-tahrir-dari-timur-tengah-hingga-indonesia-part1
Romli, L. (2019). Political Identity and challenges for democracy consolidation in Indonesia. Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review, 4(1), 78–98.
Sawri, S. (2020). Friksi Politik-Agama Dalam Kontestasi Elektoral Pilkada DKI Jakarta 2017-2022: Studi Atas Pembentukan Jejaring Konstituen Anies-Sandi. Politeia: Jurnal Ilmu Politik, 12(1), 14–27.
Setiyawan, W. B. M., & Dahani, N. C. (2020). Model bank tanah pertanian untuk mewujudkan Indonesia berdaulat pangan. QISTIE, 13(1), 78–95. https://doi.org/10.31942/jqi.v13i1.3427
Sholikin, A. (2018). Gerakan Politik Islam di Indonesia Pasca Aksi Bela Islam Jilid I, II dan III. Madani, 10(1), 256949.
Sonny, S. (2019a). Nilai Strategis Kefiguran KH. Ma’ruf Amin sebagai Pasangan Joko Widodo pada Pemilihan Presiden 2019. Jurnal Renaissance, 4(2), 541–550.
Sonny, S. (2019b). Peta Politik Identitas di Indonesia: Studi Terpilihnya KH. Ma’ruf Amin sebagai Bakal Cawapres Capres Inkumben Joko Widodo pada Pilpres 2019. Jurnal Renaissance, 4(1), 443–455.
Umar, A., & Kahar, S. (2019). Pengaruh Politik Identitas Pada Pemilihan Presiden 2019 (Survey Terhadap Civitas Akademika Universitas Muhammadiyah Maluku Utara). Ejournal KAWASA, 9(2), 11–18.
Vega, M. A. (2005). Amy Gutmann: Identity in Democracy. Princeton University Press, Princeton, 2003. Foro Interno. Anuario de Teoría Política, 5.
Wahid, M. A. (2019). Pergumulan Islam dan Politik di Indonesia. Jurnal Politik Profetik, 7(1).
Zuhro, R. S. (2019). Demokrasi dan pemilu Presiden 2019. Jurnal Penelitian Politik, 16(1), 69–81.
DOI: http://dx.doi.org/10.30984/pp.v25i2.1593
Article Metrics
Abstract view : 1773 timesPDF - 1333 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Potret Pemikiran
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Statistic Journal Potret
Rumah Jurnal Institut Agama Islam Negeri Manado
Jl. Dr. S.H. Sarundajang, Kawasan Ringroad I, Malendeng Manado Kode Pos 95128, Sulawesi Utara, Indonesia.
All publication by Potret Pemikiran are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Potret Pemikiran, ISSN 1693-1874 (Print), ISSN 2528-0376 (Online)