Kajian Tafsir Mufassir di Indonesia
Abstract
Abstract. This article described the interpretation study carried out by the Mufassir in Indonesia. The term Mufassir is now important to revise in order to have that continuity among identity, tradition, and Al-Quran scientific study with their generations. The results showed that the practice of Qur'anic interpretation in Indonesia was spearheaded by Abdurrauf al-Singkil, Sheikh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan Muhammad Hashbi Ash-Shiddiqy, HB Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka and Muhammad Quraish Shihab. The conclusion told that the style of interpretation in Indonesia contains three main dimensions, namely epistemology (source / method / criteria of Al-Qur'an knowledge), methodology (how to translate the dimensions of normativity of Al-Qur'an), and historical science. Therefore, the subjective nature of the Qur'an text turned into the objective nature of science text and then ethics (functioning the relationship between AlQur'an and social reality).
Keywords : Interpretation, Mufassir, Al-Qur'an
Abstrak. Tulisan ini menguraikan tentang kajian tafsir yang digeluti oleh para Mufassir di Indonesia. Dunia mufassir penting ditinjau kembali agar terjadi kesinambungan identitas, tradisi dan reproduksi keilmuan Al-Quran antar generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik penafsiran Al-Quran di Indonesia dipelopori oleh Abdurrauf al-Singkil, Syekh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan Muhammad Hashbi AshShiddiqy, H.B Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka, Muhammad Quraish Shihab.Kesimpulannya adalah corak kajian tafsir di indonesia mengandung tiga dimensi utama yaitu epistemology (sumber/cara/kriteria pengetahuan Al-Quran yang dipakai, metodologi (cara menerjemahkan dimensi normativitas Al-Quran yang dipakai), historis ilmu. Dengan demikian, sifat subjektif teks Al-Quran berubah menjadi sifat objektif teks ilmu. Kemudian, etika (memfungsikan hubungan antara Al-Quran dan realitas sosial).
Kata kunci : Tafsir, Mufassir, Al-Quran
Keywords : Interpretation, Mufassir, Al-Qur'an
Abstrak. Tulisan ini menguraikan tentang kajian tafsir yang digeluti oleh para Mufassir di Indonesia. Dunia mufassir penting ditinjau kembali agar terjadi kesinambungan identitas, tradisi dan reproduksi keilmuan Al-Quran antar generasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik penafsiran Al-Quran di Indonesia dipelopori oleh Abdurrauf al-Singkil, Syekh Nawawi al-Bantani, Mahmud Yunus, Ahmad Hasan Muhammad Hashbi AshShiddiqy, H.B Jassin, H. Bakri Syahid, Buya Hamka, Muhammad Quraish Shihab.Kesimpulannya adalah corak kajian tafsir di indonesia mengandung tiga dimensi utama yaitu epistemology (sumber/cara/kriteria pengetahuan Al-Quran yang dipakai, metodologi (cara menerjemahkan dimensi normativitas Al-Quran yang dipakai), historis ilmu. Dengan demikian, sifat subjektif teks Al-Quran berubah menjadi sifat objektif teks ilmu. Kemudian, etika (memfungsikan hubungan antara Al-Quran dan realitas sosial).
Kata kunci : Tafsir, Mufassir, Al-Quran
Full Text:
PDFDOI: http://dx.doi.org/10.30984/pp.v22i1.757
Article Metrics
Abstract view : 4671 timesPDF - 14309 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2018 Potret Pemikiran

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Rumah Jurnal IAIN Manado
Jl. Dr. S.H. Sarundajang, Kawasan Ringroad I, Malendeng Manado Kode Pos 95128, Sulawesi Utara, Indonesia.
All publication by Potret Pemikiran are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Potret Pemikiran, ISSN 1693-1874(Print), ISSN 2528-0376 (Online)