KONTROVERSI KEMAKSUMAN RASUL ÛLU Al-'AZMI DALAM PERSPEKTIF SYI’AH DAN SUNNI (STUDI KOMPARATIF TAFSIR AL- THABARSI DAN AL-QURTHUBI)
Abstract
The prophets from the class of Ûlu Al-’Azmialso got warnings from Allah although this is the highest class. Those warnings emerged different ulama from different classes. Those warnings in Al-Qur’an need interpretation and explanation to avoid misinterpretation. Because when a prophet is claimed guilty, the followers will be hesitating. This thesis uses interpretation with comparative method that is done by Al-Thabarsidan Al-Qurthubi that is explained in Majma’ Al-BayandanAl-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an. Al-Thabarsi from Syi’ah tries to understand ayahs by interpreting in ‘saver’ way when there are ayahs that against prophets’ holiness. Al-Qurthubi from Sunni class understands the ayahs that against Prophets’ holiness as wrong deeds for Prophets. These different interpretations are caused by their differences and similarities of backgrounds in interpretation methods, education, teachers, etc. The result of this research of Al-Thabarsi and Al-Qurthubi’s interpretations which are relatively similar are expected to be a window in understanding Syiah and Sunni’s faiths in general, especially related to Prophets’ holiness. Their interpretations are also expected to be one alternative for those who are hesitating the warnings for Prophets.
Keywords: Controversy; Holiness; Prophet; Ulu Al-‘Azmi; Al-Qur’an
Para Rasul dari golongan Ûlu Al-’Azmi tidak luput dari teguran-teguran yang Allah SWT alamatkan kepada mereka. Meskipun golongan tersebut adalah golongan yang memiliki derajat yang paling tinggi diantara Rasul yang lainnya dan pada umat manusia pada umumnya. Teguran-teguran yang terdapat dalam Al-Qur’an tersebut tentulah membutuhkan penafsiran dan penjelasan dari kalangan mufassir agar tidak terjadi pemahaman yang salah. Tulisan ini bertujuan untuk mengetengahkan penafsiran dengan metode komparatif yang dilakukan oleh Al-Thabarsi dan Al-Qurthubi yang mereka tuangkan dalam tafsir Majma’ Al-Bayan dan Al-Jami’ Li Ahkam Al-Qur’an. Perbandingan ini dimaksudkan ketika berhadapan dengan ayat-ayat yang seolah bertentangan dengan kemksuman para Rasul, Al-Thabarsi dari kalngan Syi’ah berusaha memahami ayat-ayat dengan memalingkan makna kalimat pada ayat tersebut kepada makna yang lebih “aman”, sedangkan Al-Qurthubi dari kalangan Sunni memahami ayat-ayat yang seolah bertentangan dengan kemaksuman para Rasul tersebut adalah perbuatan keliru para Rasul yang sebenarnya memang tidak dianggap dosa jika dilakukan oleh orang selain beliau, semua ini karena adanya perbedaan dan persamaan latar belakang keduanya dari segi metode penafsiran, mazhab yang mereka anut, guru-guru, dan lain-lain. Hasil dari penelitian ini terhadap penafsiran Al-Thabarsi dan Al-Qurthubi yang relatif sama diharapkan sanggup menjadi jendela untuk memahami aqidah golongan Syiah dan Sunni pada umumnya, terutama yang berhubungan dengan kemaksuman para Rasul. Penafsiran mereka berdua ini juga mungkin sanggup menjadi salah satu alternaif bagi mereka yang merasa risih dengan adanya tuduhan kesalahan-kesalahan yang dialamatkan kepada para Rasul.
Kata kunci: Kontroversi; Kemaksuman; Rasul; Ulu Al-‘Azmi; Al-Qur’an
Full Text:
PDFReferences
Abidu, Y. H. (n.d.). Tafsir Al-Qur’an. In Sejarah Tafsir dan Metode Mufassir.
Alauddin, M. Bin. (1997). Syarah Thâwiyah, Jilid. 2. Beirut: Muassasah Ar-Risâlah.
Al-Qaththan, M. (1990). Mabahits fi ‘Ulum Al-Quran. Riyadh: Mansyurat al-‘Ashar al-Hadis.
Al-Qurtubi. (1981). Bidayah al-Mujtahid wa an-Nihayah al-Muqtasid. Beirut: Dar al-Ma’rifah.
Al-Thabars. (n.d.). Majma’ Al-Bayan, jld. 8.
Al-Zhabi, M. H. (n.d.). Tafsir Wal Mufassirun, Juz 2.
As-Sabhani, A. J. (n.d.). Asykh Al-Thabarsi Imam Al- Mufassirin fii Al-Qarni As-Sadis Hayatuhu wa Astruhu.
As-Su’udi, R. bin M. (n.d.). As-Syi’ah al-Imâmiyah al-Itsna Asyariah Fi Mîzân al-Islam. Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah.
At-Tamimi, M. bin K. bin A. (1997). Huqûq Al-Rasul Alâ Ummatihi Fi Dauil Kitâb Wa Sunnah. Riyadh: Maktabah Adhwa as-Salaf.
Az-Zuhaili, W. (n.d.). Al-Tafsîr Al-Munîr, jilid. 28. Damaskus: dar al-Fikr.
Berita Indonesia Syi’ah Tolak Ada. (n.d.). Retrieved July 21, 2017, from www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia_Syi’ah_tolak_sda
Farmawy, A. H. A.-. (1997). Albidayah fi Al-Tafsir Al-Maudhu’I.
Goldzhier, I. (1983). Mazhab Tafsir. Beirut: Dar-Iqra’.
Hubungan Sunni Syi’ah. (n.d.). Retrieved July 21, 2017, from https://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_Sunni-Syi’ah
Ma’rifah, M. H. (n.d.). Al-Tamhîd Fî Ulûm Al-Qur’ân, jilid. 3. Muassasah Al-Nasyr Al-Islâmi.
Shihab, Q. (2014). Sunnah dan Syi’ah Mungkinkah Bergandengan Tangan. Tangerang: Lentera Hati.
Sirry, M. (2013). Polemik Kitab Suci. Jakarta: Kompas Gramedia.
DOI: http://dx.doi.org/10.30984/pp.v23i2.997
Article Metrics
Abstract view : 2618 timesPDF - 1055 times
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2019 Potret Pemikiran
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Statistic Journal Potret
Rumah Jurnal Institut Agama Islam Negeri Manado
Jl. Dr. S.H. Sarundajang, Kawasan Ringroad I, Malendeng Manado Kode Pos 95128, Sulawesi Utara, Indonesia.
All publication by Potret Pemikiran are licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Potret Pemikiran, ISSN 1693-1874 (Print), ISSN 2528-0376 (Online)